Tuesday, May 6, 2008

Maafkan Aku Karna Meragukanmu

“Sudah berapa kali kukatakan jangan datang lagi, jangan temui aku lagi. Sudah cukup kamu menyakiti aku” Laras tak kuasa lagi membendung air mata, dia menangis dan membanting pintu
“Ras maafkan aku. Aku tak pernah bermaksud membohongimu. Aku dan Rani tak ada hubungan apa-apa. Yang kau lihat tak seperti yang terlihat, kami hanya berteman. Rani sahabatku, tak lebih!!” Mahendra berusaha menjelaskan, namun gadis itu tak juga membuka pintunya. Lunglai ia berjalan menuju kursi di teras, menunggu pintu itu terbuka.

Sudah dua hari Laras mengurung diri di kamar, tidak pergi kuliah dan tidak mau makan, teman kosnya semakin bingung karena segala upaya telah dilakukan namun tidak berhasil membujuknya untuk keluar kamar.
Dalam kamar, Laras menghabiskan waktunya untuk melamun dan kembali menangis. Dia tak mengerti mengapa laki-laki itu tega menghianatinya, dulu ketika menyatakan cinta padanya, Mahendra berjanji tak akan pernah membuatnya menangis. Tetapi setelah mereka berpacaran, kenapa laki-laki itu tega menyakitinya. Mahendra menduakannya, bukan, bukan menduakan, lebih tepatnya menjadikannya nomor kesekian. Laki-laki itu lebih mementingkan teman-temannya, lebih mencintai hobinya ke gunung, dan kuliahnya, namun semua itu masih bisa ditolerir oleh Laras. Ia bisa memaklumi dan tak pernah merasa keberatan atas kesibukan Mahendra.
Sering kali Laras harus menghabiskan waktu liburnya sendiri, ketika Mahendra mendaki gunung atau pergi dengan teman-temannya. Semua itu tak membuatnya meragukan ketulusan cinta laki-laki itu padanya. Karena Laras yakin dia satu-satunya wanita yang ada di hati Mahendra. Hingga hadirnya sosok gadis manis yang dia kenalkan sebagai sahabat kecilnya, Rani.
Semenjak Rani hadir di antara mereka Mahendra nyaris tak memiliki waktu untuknya. Bahkan Mahendra sering menolak untuk menemaninya jalan dengan alasan harus menemani Rani. Yang membuat panas hati dan kupingnya adalah berita perselingkuhan itu telah menyebar di kampus. Dan yang membuat Laras sangat marah bukan hanya satu kali dia memergoki kekasihnya itu tengah bergandengan mesra dengan Rani.
Berulang kali Mahendra berusaha menemuinya dan Laras selalu berusaha menghindar.
“Ras, ada yang mau aku bicarakan sama kamu” Mahendra langsung menarik tangan laras
“Gak ada yang perlu dibicarakan, kamu selingkuh, semua orang sudah tahu itu, dan aku tidak buta” Laras berusaha melepaskan tangannya dari Mahendra
“Ras dengar!!, Rani itu temanku tidak lebih, aku berani bersumpah demi apapun, aku bisa jelaskan semua tapi tidak di sini”
“Aku sudah tahu semua, tak ada yang perlu dijelaskan lagi” Laras melangkah meninggalkan Mahendra yang nampak kesal
Laras tak bisa mengerti jalan pikiran Mahendra, dia selalu mengatakan kalau Rani hanyalah sahabatnya tapi sikap yang dia tunjukkan menggambarkan kalau ada sesuatu di balik persahabatan mereka. Melihat kenyataan itu hati laras semakin perih. Kalau memang Mahendra benar-benar mencintainya mengapa ia tidak meninggalkan Rani atau paling tidak menjaga jarak dengan Rani. Tapi yang terjadi malah sebaliknya Mahendra semakin jauh darinya dan semakin dekat dengan Rani. Laras mulai meragukan ketulusan cinta Mahendra, kepercayaan pada kekasih tercintanya itupun mulai terkikis. Dan puncaknya adalah ketika salah seorang teman kosnya mengatakan sebuah kabar bahwa Mahendra akan dijodohkan dengan Rani.
Laras merasa benar-benar dihianati, dan ia tak sudi untuk menemui Mahendra lagi. Jauh di dalam hatinya laras masih mencintai Mahendra, ia tak ingin mempercayai kabar itu sebelum mendengarnya langsung dari laki-laki itu. Namun emosi telah mengusainya dan ia tak mau mendengar penjelasan apapun dari Mahendra.

“Ras buka pintunya” suara Zah menyadarkannya dari lamunan tentang Mahendra
“Aku mau sendiri dulu kalian tak usah khawatirkan aku”
“Aku tahu Ras tapi tadi di kampus aku ketemu Rahman, dia nitip surat buat kamu, dari Mahendra”
“Kembalikan saja pada hendra, Bilang padanya aku tak mau menerima”
“Baiklah kalau kamu tak mau membuka pintu, aku tinggalkan saja suratnya di bawah pintumu. Kamu harus baca, kata Rahman penting!!” Zah menyelipkan surat itu ke bawah pintu.
Laras ingin mengacuhkan surat itu, namun rasa penasarannya kian memuncak. Segera ia ambil surat itu, ragu ia membacanya

Untuk Laras,
Wanita tercantik di hatiku
dan yang paling kucintai

Sebenarnya aku ingin menjelaskan semua masalah ini secara langsung padamu, namun kau tak pernah mau mendengarkanku, bahkan kau tak sudi untuk bertemu denganku. Ketika kau membaca surat ini, mungkin aku sudah di kampung di tengah meriahnya pernikahanku dengan Rani. Aku hanya tak ingin kau salah menilaiku, karena aku sangat mencintaimu dan aku tak ingin kau membenciku. Sungguh aku tak pernah menghianatimu, dan hanya kamu wanita yang ada di hatiku, hingga detik ini.
Hubunganku dan Rani tak lebih dari sahabat. Rani adalah putri budhe Tien orang yang sangat berjasa pada keluargaku, yang juga sahabat ibuku. Rani ditinggalkan oleh pacarnya yang tak bertanggung jawab, dia tengah hamil. Dan jika aku belum memiliki calon, budhe memohon padaku untuk menikahinya. Sebenarnya aku ingin sekali memperkenalkan kamu pada keluargaku, berkali-kali aku coba jelaskan padamu, namun kau lebih dulu marah dan tak pernah mau mendengarkan penjelasanku.
Akhir-akhir ini aku memang tak pernah ada waktu untukmu, aku lebih sering bersama Rani dan Rahman, karena aku ingin menjodohkan mereka. dan upayaku tidak sia-sia. Pagi itu sebenarnya aku ingin menjelaskan semuanya dan mengenalkanmu juga Rahman pada budhe dan keluargaku, namun kamu tak juga sudi menemuiku.
Akhirnya aku hanya memperkenalkan Rahman. Seperti yang kuduga, budhe tak percaya kalau aku sudah memiliki kekasih. Menurut Budhe kalau benar-benar aku sudah ada calon pasti aku ajak saat itu. Penjelasan kami tidak cukup untuk meyakinkan budhe bahwa aku telah memiliki kamu, itu memang sifat budhe, beliau harus melihat bukti nyata untuk mempercayai sesuatu. Dan selama aku belum memiliki calon istri budhe ingin aku yang menjaga Rani. Sebaik apapun Rahman,, dimata Budhe aku lebih baik dan beliau lebih percaya padaku yang sudah dikenalnya sejak kecil.
Malam itu harapan terakhirku untuk dapat menjadikamu ratuku. Namun kau tak juga mau mendengarku, kau memintaku pergi, dan membanting pintu di mukaku. Semalaman aku menunggumu untuk membuka kembali pintu itu, hingga pagi menjelang, tak juga kau bukakan pintu itu untukku. Aku tak pernah keberatan menunggumu selama apapun, bahkan seumur hidupku, tapi budhe dan keluargaku tak memiliki waktu selama itu. Kandungan Rani semakin membesar, dan budhe terus memohon padaku agar bersedia menikahi Rani, Aku tak tega melihat budhe yang menangis dan terus memohon padaku. Namun aku sangat mencintaimu, besar harapanku untuk memilikimu sebagai ratuku. Aku berusaha menjelaskan semua padamu aku ingin memperkenalkanmu pada budhe. Namun semua surut malam itu, ketika kau banting pintu itu tanpa sedikitpun mendengar penjelasanku, ketika kau tak juga memaafkanku, ketika tak dapat kutemukan setitikpun cinta darimu untukku. Maka kuputuskan untuk memenuhi permintaan budhe.
Cintaku padamu sudah tak memiliki harapan, kau tak lagi mencintaiku, Karena cinta adalah kejujuran dan kepercayaan, dan kau telah membuang semua itu, kau tak lagi mempercayaiku. Tak ada gunanya lagi aku menunggu cinta yang tak tentu.
Mungkin berat bagimu untuk memaafkanku. Tak ada maksud aku untuk menyakitimu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu hingga detik ini, hingga detik pernikahanku. Karena di hari pernikahanku, aku harus mengubur cintaku untukmu. Maafkan aku. Aku telah menyunting wanita lain untuk menjadi ratuku dan aku harus mencintai dan menjaganya dengan sepenuh hatiku, sepenuh jiwaku.

Dari pria yang pernah mencintaimu
Mahendra




Laras terdiam, air matanya mengalir deras tanpa ada isak, hatinya terasa sangat perih. Dalam tangisnya lirih terdengar suara yang lenyap di kesunyian
“Mahendra maafkan aku, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu, aku percaya padamu, aku percaya padamu” dan ia kembali larut dalam tangisnya.



Malang, 3 Mei 2008
Sebuah pandangan akan arti cinta
By. ucik_cayang@yahoo.com

Salam kenal

akhir-akhir ini Ucik punya hobi baru, aku suka banget nulis cerita. Pengen banget bisa bikin buku ndiri tapi masih cari jalan hehe....